Musik dan Globalisasi : Visual Kei dan Protest Songs

Musik dan Globalisasi : Visual Kei dan Protest Songs

Globalisasi adalah sebuah proses yang sudah lama terjadi di dunia. Pada awalnya, proses ini tidak disadari pada masa awal globalisasi, karena mungkin pada masa itu ilmu pengetahuan belum sampai ke titik untuk memikirkan hal seperti itu. Globalisasi dipercaya dimulai ketika manusia mulai bisa mengarungi lautan dengan jarak tempuh yang jauh dari tempat mereka berasal. Globalisasi diawali dengan ditemukan nya teknologi oleh bangsa Eropa sehingga mereka bisa menjelajah lautan lebih jauh daripada sebelumnya. Berangkatnya bangsa Eropa ke belahan dunia lain demi mencari dunia baru. Proses ini diikuti dengan penyebaran ilmu pengetahuan, agama, dan berbagai macam hal lain nya ke tempat yang disebut oleh orang orang Eropa pada masa itu sebagai ‘dunia baru’. Colombus menemukan benua Amerika, Vasco da Gama berlayar ke Afrika hingga India, Marcopolo berlayar ke Timur hingga ke daerah China, bahkan Indonesia.

Ini adalah dari sebuah proses, yang didefinisikan oleh Graham Evans dan Jeffrey Newnham dalam buku Dictionary of International relations sebagai sebuah proses dimana agen state-centric melebur dalam sebuah struktur hubungan antara aktor berbeda, bekerja dalam konteks yang benar-benar mengglobal daripada hanya bersifat internasional.

Dalam perkembangannya, Globalisasi tak hanya menyebarkan ilmu pengetahuan dan agama ke seluruh dunia. Globalisasi juga menyebarkan kebudayaan seperti tarian, cerita rakyat, olah raga, dan tentunya, hal yang akan dititik beratkan dalam essay ini, MUSIK.

Musik, menurut definisi dari Merriam-Webster Dictionary adalah ilmu pengetahuan atau seni dari merangkai nada atau suara dalam sebuah urutan, kombinasi dan hubungan tempo untuk menciptakan sebuah komposisi yang memiliki kesatuan dan bersifat kontinu. Musik, selain sebagai sebuah seni, memiliki sangat banyak fungsi. Menunjukan identitas negara misalnya, dengan lagu kebangsaan. Musik juga adakalanya dipakai ketika perang. Bisa kita lihat dari kisah-kisah peperangan di abad 18-an, di dalam kesatuan perang, mereka memiliki pasukan Drum Corps, pasukan ini bertujuan untuk memainkan Drum Roll untuk memicu semangat para pejuang. Selain itu, musik juga seringkali digunakan sebagai sebuah ajakan atau bahkan kritik terhadap suatu hal. Contohnya adalah lagu Sunday Bloody Sunday oleh U2, yang dibuat untuk mengkritik tindakan tentara Inggris yang menembaki (dan membunuh) demonstran yang memperjuangkan hak sipil pada tahun 1972.

Musik memiliki berbagai macam cabang. Sangat banyak, entah itu Pop, Rock, Jazz, Metal dan masih banyak lagi. Yang akan dibahas dalam essay ini, adalah, musik yang memiliki penyebaran yang sangat dahsyat ke seluruh dunia. Yang akan dibahas sebagai contoh dalam essay ini adalah : Visual Kei dan musik rock Jepang (untuk mewakili globalisasi musik di bidang budaya) dan lagu-lagu protes (Protest Songs) (untuk mewakili globalisasi musik di bidang politik).

Visual Kei dan Musik Rock Jepang

Bahasan pertama essay ini adalah Visual Kei, sebuah gaya yang datang dari negeri Jepang. Mengapa saya memilih Visual Kei dalam essay bertema musik ini ? selain karena kesenangan pribadi terhadap musik-musik band Visual Kei, menurut saya Visual Kei ini adalah sebuah fenomena yang sangat menarik untuk dibahas, dan mungkin akan membantu orang awam untuk lebih memahami Visual Kei ini dan tidak menjustifikasi orang yang berdandanan Visual Kei dengan kata kata “ada orang gila sok sok pake baju gothic.”.

Visual Kei adalah sebuah termin untuk menyebut sebuah sub genre dalam bidang musik rock Jepang yang berdandan dengan make up tebal, gaya rambut yang mencolok dan kostum yang flamboyan, bahkan kadang seringkali bersifat sangan feminim (Neil Strauss, THE POP LIFE; End of a Life, End of an Era.). Gaya seperti ini, terpengaruhi secara kuat, oleh band asal Amerika yang sedang terkenal masa itu, KISS (dalam sebuah interview, Yoshiki –drummer sekaligus leader dari X Japan- secara terang terangan mengakui bahwa band KISS adalah band idolanya, dan KISS adalah band yang pertama ia beli CD nya dan ia tonton konsernya bersama ibunya). Visual Kei muncul sekitar tahun 80an, dipopulerkan oleh band legendaris Jepang, X Japan. Nama Visual Kei sendiri muncul dari slogan X Japan yang berbunyi “PSYCHEDELIC VIOLENCE CRIME OF VISUAL SHOCK”.  Genre ini sendiri, di Jepang mulai menjamur dengan gila-gilaan pada tahun 1988, di masa jaya X Japan (Dejima Kouji, Bounce Di(s)ctionary Number 13).

Pada awalnya, band yang berdandanan Visual Kei memiliki aliran musik yang merupakan campuran dari Gothic, Rock, Metal dan Punk (ini memang aliran musik yang sedang mewabah diseluruh dunia di masa itu). Trend ini makin menjamur di awal  1990an ketika muncul band band (yang masih terkenal sampai sekarang), seperti L’Arc~en~Ciel dan Luna Sea. Di masa ini, Visual Kei sudah tidak ber aliran musik seperti pada tahun 80an dulu. Di masa ini, band-band beraliran Visual Kei sudah makin memiliki ciri khas tersendiri, dan mulai menghilangkan elemen elemen musik tadi, sehingga hanya meninggalkan elemen Gothic dan Rock nya saja. Lagu lagu mereka tersendiri bernuansa mistis, sesuai dengan gaya mereka yang terlihat misterius.

Lalu gaya ini makin berkembang saja dengan munculnya band seperti Malice Mizer yang memasukan aransemen klasik milik Mozart dan Beethoven ke dalam musik mereka. Namun, pada tahun sekitar pertengahan 1990an, gaya ini mulai memudar. Di tahun ini pula, salah seorang pioner di bidang Visual Kei, hide dari X Japan meninggal dunia. Inilah masa masa dimana Visual Kei mengalami kemunduran. Band yang muncul di masa ini, seperti Kagerou, D’espairs Ray, dan masih banyak lagi, gagal mencapai sukses para pendahulunya. Terlebih lagi, band yang di masa indie nya bergaya Visual Kei, meninggalkan dandanan nya ketika masuk Major Label, contohnya adalah L’Arc~en~Ciel yang sampai sekarang belum pernah bergaya Visual Kei lagi.

Pada tahun 2000an, inilah saat yang bisa dikatakan titik kehancuran Visual Kei. Setelah kehilangan hide di tahun 1998, pada tahun 1999 Visual Kei kembali kehilangan Kami, Drummer Malice Mizer, yang konon menjadi penyebab keluarnya GACKT, vokalis Malice Mizer, yang akhirnya memutuskan bersolo karir dan meninggalkan gaya Visual Kei nya.  Pada masa inilah, banyak band yang awalnya bergaya Visual Kei mulai meninggalkan Visual Kei. Contohnya Dir en Grey, yang sekarang berorientasi aliran Nu Metal, dan benar benar meninggalkan Visual Kei, baik dari segi musik walaupun segi dandanan.

Namun, pada sekitar tahun 2007, geliat Visual Kei mulai terlihat lagi. Ini bisa dilihat dari menyebarnya band band seperti Dir en Grey dan MUCC ke pasar Eropa dan Amerika Serikat. Memang, gaya dandanan mereka sudah tidak bersifat Visual Kei, namun, para fans mereka di negara negara seperti Amerika Serikat dan negara negara Eropa, tidak meninggalkan dandanan tersebut. Banyak sekali para Cosplayer (orang yang suka meniru dandanan seperti Anime, termasuk Visual Kei juga) yang menggunakan gaya Visual Kei ini ketika datang ke sebuah acara perkumpulan para pecinta Visual Kei. Yang paling fenomenal adalah, kembali nya X Japan setelah sempat bubar karena ditinggal oleh Toshi, sang vokalis. X Japan kembali mengadakan tur ke luar negeri dan mendapat sambutan yang baik dan juga sukses besar.

Kini, di banyak negara di dunia, Visual Kei bukan lagi sebuah gaya fashion dan musik, sekarang, Visual Kei sudah menjadi gaya hidup. Visual Kei ini secara tidak langsung, membawa perubahan pada gaya hidup seseorang yang menyukai Visual Kei ini sendiri. Biasanya, orang yang menyukai Visual Kei akan bersifat seperti orang Jepang, dan meninggalkan budaya mereka. Contohnya, seorang penganut Visual Kei di Indonesia, biasanya memiliki sifat Anti-sosial (penulis sudah membuktikannya dengan menemui beberapa orang penganut Visual Kei di kota bandung), seperti orang Jepang, cuek, namun ekspresif. Meninggalkan budaya Indonesia yang konon adalah ramah dan sopan.

Protest Songs-Lagu Protes

A protest song is a song
that’s so specific that you
cannot mistake it for bullshit”

Phil Ochs-

Bahasan yang kedua di essay ini adalah Protest Songs atau lagu-lagu protes. Mengapa lagu protes ? karena lagu protes ini berkaitan erat dengan politik, dan bisa berpengaruh dalam kancah politik dunia. Dalam bagian ini juga, saya akan mencoba menganalisis dua buah lagu protes, pertama adalah HeartBeat oleh sebuah band Jepang bernama Kemuri dan Sunday Bloody Sunday oleh U2.

1960an adalah awal dari para politisi yang menggunakan melakukan politik. 60an adalah waktu yang signifikan dimana Rock and Roll secara langsung mempengaruhi gerakan politik dan sosial, sebut saja Bob Dylan, Neil Young, Marvin Gaye dan John Lennon. Para penulis lagu ini tidak takut menyanyikan lagu protes terhadap pemerintah, presiden dan berbagai hal lain yang dianggap sesuatu yang tabu untuk di kritik. Lagu “What’s going on” oleh Marvin Gaye atau “Give Peace a Chance” oleh John Lennon adalah contoh lagu anti perang Vietnam dimana banyak tentara mati di perang tersebut.

Pada tahun 1960an di Amerika, pergerakan hak sipil dan perang menjadi topik yang sangat hangat untuk dibicarakan. Kebanyakan anak-anak di generasi ini tumbuh dengan propaganda perang di tahun 50an.

Lagu “Respect” oleh Aretha Franklin dianggap sebagai lagu yang sangat kuat memperjuangkan hak wanita dan pergerakan menuntuk hak sipil. Bisa dibayangkan bagaimana bila orang orang hidup tanpa rasa hormat terhadap orang lain ?. (Barbara Moseley, 1960’s Protest Songs. http://www.lessonplanet.com/directory_articles/music_lesson_plans/04_November_2009/191/1960_s_protest_songs)

Lagu protes bukan hanya sekedar lagu idealis yang bisa mengajak orang bernyanyi bersama-sama untuk duduk dan melakukan demonstrasi sosial. lagu protes biasanya ditulis untuk memperjuangkan masalah Perjuangan Gender, Kesamaan Ras dan Kebebasan dari tiran. Lagu Protes yang terbaik adalah yang menyentuh tema universal dan bisa digunakan dalam berbagai macam kondisi yang sama di seluruh dunia, dalam waktu dan tempat yang berbeda, dari tempat musik itu sendiri ditulis.

Musik berbicara untuk kita, sebagai individu atau kelompok, bisa mengajak orang bernyanyi bersama, dan menyampaikan pesan hanya dalam beberapa menit saja

Contoh lagu-lagu Protes, Sejarah dan Analisanya :

Heartbeat by Kemuri

Album : 77 Days

Lyrics by : Fumio Ito

Is that what you really wanna do?
Try to find a difference…
Does it make you happy when you feel like
You are bigger than someone else?

The Color of my skin
Does not really define me
The Color of my blood
Is just like anyone else’s

There’s no line to separate you and me
Never been and will never be

My heart keeps on Beatin’
My heart keeps on Beatin’
Like yours, like anyone else’s
I cry when I’m sad
I smile when I’m happy
Like you do, like anyone else does

Some say it’s just part of human nature
Some say it will never end
Segregation and discrimination
How much more can we accept?

The Colors of our skins
Causing war and hate
Everybody sees it!
Not many try to stop it!

My heart keeps on Beatin’…

Stop now!
We say now or never!
Voice from far East
Land of THE Rising Sun!

Stop now!…

My heart keeps on Beatin’…

Stop now!…

Stop now!
We say now or never!
Voice from far East
Land of THE Rising Sun!
Voice from far East
Land of THE Rising Sun!

Lagu ini dibawakan oleh band Ska dari Jepang bernama Kemuri. Lagu ini berkisah tentang orang orang yang tidak mau memahami perbedaan. Lagu ini dibuat ketika Kemuri membuat album mereka, 77 Days di Amerika. Kemuri, menentang orang-orang yang sering mempermasalahkan tentang perbedaan ras.  Pada bait pertama, dijelaskan, masih banyak orang yang bangga apabila dirinya lebih baik daripada orang lain (yang dimaksud disini mungkin secara fisik, karena pada bait selanjutnya, mereka membicarakan tentang warna kulit).

Di bait selanjutnya, di bagian “The Color of my skin Does not really define me,The Color of my blood Is just like anyone else’s” menunjukan pada dasarnya, manusia tidak bisa dibedakan dari warna kulit, karena warna kulit bukanlah elemen yang esensial dalam hidup manusia, Fumio Ito menonjolkan bahwa Darah, yang merupakan elemen yang sangat penting untuk hidup manusia, dimiliki oleh setiap manusia, dan setiap manusia memiliki warna darah yang sama (kecuali yang punya kelainan, itu berbeda kasusnya.).

Lalu, di bagian “There’s no line to separate you and me Never been and will never be” menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu hal pun yang bisa memisahkan derajat manusia, tidak ada dan tidak pernah ada.

“My heart keeps on Beatin’, Like yours, like anyone else’s, I cry when I’m sad, I smile when, I’m happy, Like you do, like anyone else does” kata kata ini memperkuat bahwa manusia semuanya sama, memiliki jantung yang berdetak, menangis ketika sedih, dan tertawa ketika senang.

“Some say it’s just part of human nature, Some say it will never end, Segregation and discrimination, How much more can we accept?” ini menggambarkan sikap manusia yang apatis terhadap orang yang sering menganggap perbedaan itu biasa. Dan bahkan ada yang menganggap perbedaan dan diskriminasi tidak akan pernah selesai, dan Fumio Ito tidak menerima hal itu.

Bait terakhir lagu ini, yang dinyanyikan secara bersemangat oleh semua anggota band, berbunyi “Stop now! We say now or never! Voice from far East, Land of THE Rising Sun!” ini menunjukan sikap Kemuri tentang harus dihentikannya perbedaan, dan lagu ini adalah suara dari negeri nun jauh di timur, negeri matahari terbit, Jepang.

Sunday Bloody Sunday-U2

Album : War dan Under A Blood Red Sky

Lyrics by : Bono

I cant believe the news today,
I cant close my eyes and make it go away.
How long, how long must we sing this song?
How long? Tonight we can be as one.

Broken bottles under childrens feet,
Bodies strewn across a dead end street,
But I wont heed the battle call,
It puts my back up, puts my back up
against the wall.

Sunday, bloody Sunday.
Sunday, bloody Sunday.

And the battles just begun,
Theres many lost, but tell me who has won?
The trenches dug within our hearts,
And mothers, children, brothers, sisters torn
apart.

Sunday, bloody Sunday.
Sunday, bloody Sunday.

How long, how long must we sing this song?
How long, Tonight we can be as one.
Tonight, tonight.

Sunday, bloody Sunday.
Sunday, bloody Sunday.

Wipe the tears from your eyes,
Wipe your tears away,
Wipe your blood shot eyes.

Sunday, bloody Sunday.
Sunday, bloody Sunday.

And its true we are immune.
When fact is fiction and T.V. is reality,
And today the millions cry,
We eat and drink while tomorrow they die.
The real battle just begun.
To claim the victory Jesus won,
On a Sunday bloody Sunday,
Sunday bloody Sunday.

Konon, pada awalnya lirik lagu ini ditulis oleh Bono untuk memprotes kejadian Bloody Sunday di Irlandia pada akhir tahun 70an. Namun, hingga sekarang, U2 seringkali membawakan lagu ini untuk memprotes berbagai hal, terutama kekerasan seperti perang di Sarajevo. Diawal lagu, ketika tampil Live, Bono selalu berkata ini bukan lagu protes, contohnya, dalam Album Under A Blood Red Sky (album Live U2), Bono berkata “there’s been a lot of talk, of this next song, many many too much talk songs, the song is not a rebel song, the song is Sunday Bloody Sunday”. Walaupun berkata begitu, tapi permainan Larry Mullen Jr.  Di drum, berkata lain. Sebagai Drummer, saya bisa mendengar ketukan yang Larry Mullen mainkan adalah Rudiments yang membangkitkan semangat untuk ikut menyanyikan lagu ini, atau bisa dirasa sebagai sebuah Military Rudiments.

Mungkin sebenarnya lagu ini adalah lagu untuk menentang perang, namun Bono sekalian membuat lirik ini untuk mengenang kejadian Bloody Sunday dulu. Dari judulnya sudah terlihat jelas Sunday Bloody Sunday minggu berdarah, hal ini terjadi ketika ada protes di Irlandia, yang terjadi pada hari Minggu, dan menelan nyawa 13 orang tidak bersalah yang tewas tertembak peluru tentara Inggris. Bait awal lagu menunjukan, bahwa Bono menyaksikan hal yang sangat menyeramkan, tidak bisa hilang begitu saja dengan hanya memejamkan mata.

Lalu, di bait selanjutnya “How long, how long must we sing this song?
How long?
Ini menunjukan bahwa U2 akan terus menyanyikan lagu ini sampai tidak ada konflik lagi di muka bumi.
Broken bottles under childrens feet,
Bodies strewn across a dead end street”
menunjukan situasi sebuah kota di masa perang yang menyeramkan.And the battles just begun,
Theres many lost, but tell me who has won?”
bagian ini menunjukan sikap U2 bahwa tidak ada yang menang dalam peperangan.  “And mothers, children, brothers, sisters torn
apart.”
Bagian ini menunjukan keadaan keluarga yang ada akibat perang, bagaimana sebuah keluarga tercerai berai karena perang. “And its true we are immune. When fact is fiction and T.V. is reality, and Today the Millions cry, we eat and drink while tomorrow they die” ini menunjukan bagaimana tidak peduli nya kita terhadap orang lain. Kita menganggap perang di negara lain adalah acara televisi yang menyenangkan untuk ditonton.

Kesimpulan

Pada bagian pertama, tentang Visual Kei, kita bisa lihat, bagaimana Globalisasi membuat musik dan dandanan Visual Kei yang unik, sangat berbeda dari budaya negara lain pada umumnya, bisa diterima di negara lain. Internet adalah hal yang memungkinkan hal yang tidak lazim seperti ini bisa menyebar ke seluruh dunia. Karena hal seperti ini, jarang sekali muncul di media cetak atau di media elektronik seperti Televisi. Dengan adanya Internet, yang merupakan “Produk Globalisasi” masyarakat negara lain bisa melihat, dan mengikuti bagaimana gaya Visual Kei ini, dan hal ini bisa dengan mudah penyebaran Visual Kei ke seluruh dunia.

Selain itu, Visual Kei ini juga membuat musik Rock Jepang menjadi salah satu aliran yang khas di kancah permusikan Dunia. Salah satu penyebab musik Rock Jepang terkenal adalah seringkali Musik Rock Jepang digunakan sebagai Soundtrack film kartun Jepang atau Anime. Dengan menyebarnya Anime ke seluruh dunia, Band Rock Jepang yang membuka atau menutup anime tersebut bisa menjadi terkenal. Contohnya adalah L’Arc~en~Ciel yang lagu Driver’s High-nya digunakan sebagai Soundtrack Anime Great Teacher Onizuka yang sangat terkenal di seluruh dunia. Dengan kombinasi ini, lagu Driver’s High dicari di internet, lalu lagu L’arc~en~Ciel lain nya didengarkan oleh yang mencati tadi, sejarahnya lalu ditelusuri hingga orang yang mencari tadi bisa saja jatuh hati pada L’arc~en~Ciel yang masih indie dan bergaya Visual Kei di masa itu.

Sedangkan Lagu Protes, bisa dilihat dari lirik ataupun komposisi lagunya sebagai sebuah alat untuk melakukan protes politik secara efektif. Memprotes kebijakan perang dengan lagu seperti Sunday Bloody Sunday, BYOB oleh System of A Down, atau menyebarkan perdamaian seperti Imagine oleh John Lennon, atau juga memprotes rasisme seperti lagu HeartBeat oleh Kemuri. Hubungannya dengan globalisasi terlihat jelas, rasisme, perang dan perdamaian adalah suatu hal yang seringkali dikaitkan dengan globalisasi. Lagu protes adalah salah satu cara untuk membuat perdamaian dunia.

Lagu Protes juga bisa menjadi sarana untuk mengemukakan pendapat dan kritik terhadap hal yang nyeleneh seperti Ku Klux Klan, yang dikritik habis-habisan oleh band Rage Against the Machine dalam lagu Killing in the Name.

Akhirnya, bisa saya simpulkan, bahwa musik adalah suatu hal yang istimewa. Musik dengan globalisasi, akan menimbulkan sebuah gabungan yang bisa menyebabkan pergerakan budaya di suatu negara. Selain itu, musik juga bisa jadi pemicu pergerakan sosial di seluruh dunia.

Blog Things only, Visual Kei that I like, and I don’t

contoh dandanan Visual Kei yang saya ga suka :

saya ga suka dandanan Versailles karena ada Cross Dressernya, alias cowok berpakaian cewek, disini ada Hizaki sama mendiang Jasmine You yang berpakaian cewek, Jasmine You yang kiri bawah, Hizaki yang kanan atas.

ini contoh dandanan Visual Kei yang saya suka (banget)


ini adalah Die dari Dir en Grey, gitarisnya, sayang dia udah ga pake avatar ini lagi :D.

sekian aja ah, hehehe


Lagu “Respect” oleh Aretha Franklin dianggap sebagai lagu yang sangat kuat memperjuangkan hak wanita dan pergerakan menuntuk hak sipil. Bisa dibayangkan bagaimana bila orang orang hidup tanpa rasa hormat terhadap orang lain ?. (Barbara Moseley, 1960’s Protest Songs. http://www.lessonplanet.com/directory_articles/music_lesson_plans/04_November_2009/191/1960_s_protest_songs)

Lagu protes bukan hanya sekedar lagu idealis yang bisa mengajak orang bernyanyi bersama-sama untuk duduk dan melakukan demonstrasi sosial. lagu protes biasanya ditulis untuk memperjuangkan masalah Perjuangan Gender, Kesamaan Ras dan Kebebasan dari tiran. Lagu Protes yang terbaik adalah yang menyentuh tema universal dan bisa digunakan dalam berbagai macam kondisi yang sama di seluruh dunia, dalam waktu dan tempat yang berbeda, dari tempat musik itu sendiri ditulis.

Musik berbicara untuk kita, sebagai individu atau kelompok, bisa mengajak orang bernyanyi bersama, dan menyampaikan pesan hanya dalam beberapa menit saja. (Zeth Lundy, PopMatters Picks: Say It Loud! 65 Great Protest Songs. http://www.popmatters.com/pm/special/section/say-it-loud-65-great-protest-songs/)

Contoh lagu-lagu Protes, Sejarah dan Analisanya :

Heartbeat by Kemuri

Album : 77 Days

Lyrics by : Fumio Ito

Is that what you really wanna do?
Try to find a difference…
Does it make you happy when you feel like
You are bigger than someone else?The Color of my skin
Does not really define me
The Color of my blood
Is just like anyone else’s

There’s no line to separate you and me
Never been and will never be

My heart keeps on Beatin’
My heart keeps on Beatin’
Like yours, like anyone else’s
I cry when I’m sad
I smile when I’m happy
Like you do, like anyone else does

Some say it’s just part of human nature
Some say it will never end
Segregation and discrimination
How much more can we accept?

The Colors of our skins
Causing war and hate
Everybody sees it!
Not many try to stop it!

My heart keeps on Beatin’…

Stop now!
We say now or never!
Voice from far East
Land of THE Rising Sun!

Stop now!…

My heart keeps on Beatin’…

Stop now!…

Stop now!
We say now or never!
Voice from far East
Land of THE Rising Sun!
Voice from far East
Land of THE Rising Sun!

Lagu ini dibawakan oleh band Ska dari Jepang bernama Kemuri. Lagu ini berkisah tentang orang orang yang tidak mau memahami perbedaan. Lagu ini dibuat ketika Kemuri membuat album mereka, 77 Days di Amerika. Kemuri, menentang orang-orang yang sering mempermasalahkan tentang perbedaan ras.  Pada bait pertama, dijelaskan, masih banyak orang yang bangga apabila dirinya lebih baik daripada orang lain (yang dimaksud disini mungkin secara fisik, karena pada bait selanjutnya, mereka membicarakan tentang warna kulit).

Di bait selanjutnya, di bagian “The Color of my skin Does not really define me,The Color of my blood Is just like anyone else’s” menunjukan pada dasarnya, manusia tidak bisa dibedakan dari warna kulit, karena warna kulit bukanlah elemen yang esensial dalam hidup manusia, Fumio Ito menonjolkan bahwa Darah, yang merupakan elemen yang sangat penting untuk hidup manusia, dimiliki oleh setiap manusia, dan setiap manusia memiliki warna darah yang sama (kecuali yang punya kelainan, itu berbeda kasusnya.).

Lalu, di bagian “There’s no line to separate you and me Never been and will never be” menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu hal pun yang bisa memisahkan derajat manusia, tidak ada dan tidak pernah ada.

“My heart keeps on Beatin’, Like yours, like anyone else’s, I cry when I’m sad, I smile when, I’m happy, Like you do, like anyone else does” kata kata ini memperkuat bahwa manusia semuanya sama, memiliki jantung yang berdetak, menangis ketika sedih, dan tertawa ketika senang.

“Some say it’s just part of human nature, Some say it will never end, Segregation and discrimination, How much more can we accept?” ini menggambarkan sikap manusia yang apatis terhadap orang yang sering menganggap perbedaan itu biasa. Dan bahkan ada yang menganggap perbedaan dan diskriminasi tidak akan pernah selesai, dan Fumio Ito tidak menerima hal itu.

Bait terakhir lagu ini, yang dinyanyikan secara bersemangat oleh semua anggota band, berbunyi “Stop now! We say now or never! Voice from far East, Land of THE Rising Sun!” ini menunjukan sikap Kemuri tentang harus dihentikannya perbedaan, dan lagu ini adalah suara dari negeri nun jauh di timur, negeri matahari terbit, Jepang.

7 thoughts on “Musik dan Globalisasi : Visual Kei dan Protest Songs

  1. Mau kritik sedikit. Di tulisan anda ada kata-kata yg intinya penganut visual kei biasanya bersifat kayak orang jepang, antisosial, cuek, dsb. Meninggalkan budaya indonesia yg sopan dan ramah. Jangan salah, orang jepang jg sopan lho dan tidak antisosial. Cuma penganut dan pelaku visual kei di jepang mungkin yg bgtu. Jangan tujukan ke “orang jepang”nya..

    1. hemm, tapi dalam pengalaman saya pergi ke sana, kebanyakan anak mudanya begitu, cuek, cenderung dingin dan antisosial.. kalau orang tua nya, yang mungkin usianya 60++, memang sopan dan senang kalau kebudayaannya diapresiasi 🙂

  2. Nice info,

    tapi sebaiknya ketika anda berkata penyuka visual kei itu anti sosial,
    lebih baik diberi keterangan bahwa anda tidak men-generalisasikan.

    Saya sempat melakukan penelitian juga.
    Memang ada beberapa yang anti sosial, tapi ada juga yang peduli sosial.

  3. Nice info,

    tapi sebaiknya ketika anda berkata penyuka visual kei itu anti sosial,
    lebih baik diberi keterangan bahwa anda tidak men-generalisasikan.

    Saya sempat melakukan penelitian juga.
    Memang ada beberapa yang anti sosial, tapi ada juga yang peduli sosial.

    Coba lakukan pengamatan secara holistik.
    Agar hasilnya lebih akurat dan tegas.
    😀

    1. well, saya bilangnya sih KEBANYAKAN, berarti gak semua kan ? hehe, saya suka main ke acara komunitas2 Jepang gitu sekitar 4-6 tahun yg lalu. Jujur aja, kebanyakan mengeksklusifkan diri, semacam gak peka sama sekitarnya, gak tau kalau sekarang, semoga aja udah berubah deh 🙂

Leave a reply to bimuroray Cancel reply