Kembali Memaknai Lebaran..

Lebaran sudah tiba !! Yaaa, waktunya membantai opor, gule, ketupat, dan lain lain ! Juga waktunya membombardir perut dengan berbagai macam makanan yang tidak sehat..

Lebaran sudah tiba !! Yaaa, waktunya berkumpul dengan sanak family dan handai taulan yang lama tidak bertemu ! Juga waktunya berziarah ke makam yang sudah mendahului kita..

Lebaran sudah tiba !! Yaaa, waktunya mengumpulkan THR dari berbagai macam sumber ! Tempat kerja, saudara, atau siapapun..

Lebaran sudah tiba !! Yaaa, bisa Solat Ied, dan diharamkan untuk shaum..

Lebaran sudah tiba !! Yaaa.. apalagi yaa ? Hemm, yaaa, melihat beberapa kalimat diatas, bisa disimpulkan, kalau lebaran itu memang memiliki banyak makna.. Ada yang menjadikannya ajang berkumpul dengan saudara (saya yakin, ini yang paling banyak), ada yang ngumpulin THR (yang oportunis mana suaranya ?), ada yang PESTA makanan (nah ini nih yang bahaya), ada juga yang pameran baju baru (rada songong nih, ati2 yak), ada juga yang memulai lembaran ibadah dan dosa baru dengan khidmat..

Hemm, kalo ditanya saya masuk yang mana, mungkin saya masuk yang kumpul keluarga dan pesta makanan, walaupun sebenarnya saya tidak menganggap hal tersebut sangat istimewa.. kenapa ? Karena sebagian besar keluarga saya tinggal di Bandung dan Jakarta, jadi dalam setahun, tidak usah ketika lebaran pun kita sering ketemu, jadi yaa, kalau dibilang kangen banget, ya nggak juga.. Terus masalah makanan, bibi yang suka masak di rumah sering kok masak masakan lebaran.. cuma mungkin ketupatnya aja diganti sama lontong, kalo masalah sambel goreng sama opor, yaah, sebulan dua kali lah..

Ada cara lain memaknai lebaran ? hemm.. Mungkin saya akan mencoba memaknainya dengan mengkritik.. ah nggak, mengomentari kali ya ? karena kayaknya terlalu keren kalau disebut kritik, kultur-kultur lebaran yang ada di Indonesia..

Hemm, yang pertama mudik. Mudik memang sebuah kegiatan yang sangat menghabiskan tenaga dan biaya. Gak usah ditanya deh, trip biasa dari Bandung ke Semarang aja udah berapa coba ? Ini mah pas mudik, pasti lebih mahal dan ribet karena macet. Sebenernya, tradisi mudik ini awalnya gimana saya juga belum tahu, belum pernah baca. Tegur saya jika salah, tetapi, setahu saya, yang membuat lebaran atau idul fitri berbeda dengan hari lainnya dalam islam adalah, ketika idul fitri, kita dilarang shaum, apapun alasannya dan kita diwajibkan bayar zakat fitrah, gak ada tuh kewajiban untuk saling memaafkan, atau saling mempererat silaturahmi/silaturahim (sok lah, diperdebatkan, saya mah gak ikutan, toh saya berbicara yang penting maknanya kan ?). Intinya sih, kita diwajibkan untuk Zakat Fitrah dan disunahkan untuk Solat Ied juga wajib tidak berpuasa pada hari lebaran.

Nah, lalu dari mana muncul kultur2 saling maafan, baju baru, dan sebagainya ? Hemm, ini cuma analisa sederhana aja berdasarkan logika saya. Mungkin kultur ini dimulai dari salah satu kewajiban orang Islam yang ada di penghujung bulan ramadhan selain Shaum: Zakat Fitrah. Zakat Fitrah berarti Zakat yang mensucikan orang-orang yang Shaum Ramadhan (lihat di wikipedia). Nah, dari tujuan Zakat Fitrah ini, muncullah pemaknaan bahwa orang-orang yang melakukan Shaum Ramadhan kembali suci seperti bayi. Supaya lebih afdal, karena dosa kepada Allah insya Allah sudah dihapus, maka inilah ‘saat yang tepat’ untuk menghapus dosa sesama manusia. Caranya ? ya bermaaf-maafan.. Nah, jujur aja, hati kecil saya sering bertanya, bukannya kalau maaf-maafan itu mestinya sesering mungkin yah ? Bahkan kalau ada yang sedang berantem, kalau tidak saling memaafkan dalam 3 hari, dosanya besar.. Well, intinya, minta maaf gak mesti nunggu lebaran. Tapi, kalau dilihat dari sisi lain, mungkin maaf-maafan saat lebaran itu membuat Zakat Fitrah kita lebih afdal 🙂

Lalu mudik. Mudik juga sepertinya berhubungan dengan tradisi maaf-maafan tadi. Kalau dipikir-pikir, memang dosa yang paling sering kita perbuat adalah dosa kepada orang tua. Itu juga dosa yang paling besar dalam konteks hubungan sesama manusia. Lalu kenapa mudik ? Mungkin ini karena orang tua banyak yang tinggal di desa, sedangkan sang anak tinggal dan mencari nafkah di kota. Nah, tradisi maaf-maafan tadi, kayaknya gak afdal kalau gak berjabat tangan, sungkem, dan semacamnya. Ini kembalil kepada ke-afdal-an, karena pada dasarnya, saya percaya kalau segala sesuatu itu gimana niatnya, jadi walaupun kita cuma maaf-maafan lewat SMS, tapi kalau memang benar-benar diniatkan, pasti kita benar-benar meminta maaf dan dimaafkan 🙂

Banyak yang berpendapat kalau mudik itu bikin ribet. Hemm, tapi mari kita coba lihat dari sisi lain lagi. Sisi positifnya mudik, ya tentunya berkumpul dengan keluarga besar, mempererat tali silaturahmi/silaturahim lagi. Gak aneh loh sekarang sesama sepupu udah gak kenal, karena jujur aja, hidup makin individualis. Jangankan teman, saudara pun seringkali dilupakan. Mungkin dengan mudik dan kumpul-kumpul ini lah sesama saudara bisa saling ‘kenalan’ lagi, walaupn yaa 1-2 minggu setelah lebaran ya lupa lagi.. hehe..

Sekarang ke kultur baju baru. Kebanyakan orang pas lebaran, solat Ied di mesjid, selalu menggunakan baju koko baru. Ini juga kembali ke pemaknaan fitrah, kembali suci, di mana baju pun harus ikut ‘suci’. Hemm, padahal sih kalo menurut saya, suci itu yaa bebas dari najis, cukup itu aja, sama at least gak bolong lah, layak pakai. Ada juga yang bilang, kayaknya gak afdal kalo Solat Ied gak pake baju koko. Banyak yang bilang baju koko itu baju taqwa. Padahal gak gitu, baju koko itu modelnya, karena mirip baju Cina, jadi dibilang baju koko, bajunya koko-koko gituh. Kalo masalah baju taqwa, pakai baju bola pun bisa disebut baju taqwa kalau dipakai ke masjid buat Solat. Kalo misalnya baju koko dipake buat mabok di pinggir jalan, apa masih pantas  disebut baju taqwa ? 🙂

Mari kita lihat dua persepsi berbeda tentang baju baru ketika lebaran. Yang pertama, yang bilang baju baru itu cuma buat foya-foya, yang penting sih hatinya yang baru katanya. Yaaa, mungkin saya termasuk yang pertama ini, karena kembali ke pemaknaan tentang baju taqwa tadi. Tapi, ada satu persepsi lagi yang menarik. Ini saya temukan melalui kicauan teman saya, @rayhan_sudrajat. Dia bilang, ketemu atasan, ketemu dosen, ketemu profesor, baju harus super rapih, masa ketemu Tuhan nggak ? JEDERRR… Ini ada benarnya juga. Tapi, untuk mengambil jalan tengahnya, karena tidak semua orang bisa beli baju baru ketika lebaran, maka ketika solat ied, sebaiknya pakai baju terbaik saja.. Baju terbaik tidak harus selalu baru kan ? Tetapi sopan pastinya 🙂

Lalu masalah THR.. Kalau masalah THR sih, kalau saya baca di wiki, itu memang sudah budaya, tapi gak diberi penjelasan lebih jelas. Tapi analisa saya sendiri, THR itu pada awalnya diberikan oleh perusahaan untuk pegawainya kan ? Tunjangan Hari Raya, untuk menunjang hari raya, karena pas hari raya, banyak pengeluaran. Makanan, baju, mudik, dll. Wah.. jadi nyambung yah ? Terus, kenapa ngasih ke anak kecil ? Mungkin itu untuk berbagi kebahagiaan saja, tapi yaa, pada akhirnya semua yang masih berstatus ‘anak’ dalam keluarga, dan terutama yang masih sekolah, kebagian THR juga.. namanya anak muda, siapa yang gak seneng kalau dikasih uang jajan ? 🙂

Lalu yang terakhir, tentang foodfest ! Kalau ini, menurut saya ngikut ke tradisi kumpul-kumpul aja. Kenapa makanannya kupat, gule, opor dll ? yaa mungkin ini dari segi ‘praktis’ saja. Karena makan ketupat dll secara prasmanan kayaknya lebih gampang daripada harus menghidangkan satu persatu ala table manner ketika kumpul keluarga besar kan ?

Waah, nampaknya cukup panjang ocehan saya tentang pemaknaan lebaran.. well, semoga bisa jadi bahan bacaan yang asik untuk teman-teman kembali memaknai lebaran lagi.. Saya berharap teman-teman happy dalam menjalankan lebaran kali ini..

akhir kata, saya, Bima Prawira Utama, sebagai satu2nya pengurus blog ini, mengucapkan selamat lebaran untuk kawan-kawan pembaca, mohon maaf apabila banyak tulisan saya yang aneh, SARA, gak tepat sasaran, tata kata berantakan, ah pokoknya mah semua kesalahan lah, mohon dimaafkan yah, namanya juga penulis amatir, dan mumpung masih masa lebaran juga, hehehe 😀

Merdeka itu….

Dirgahayu ! Dirga… eh Dirgahayu artinya apa sih ? Dari bahasa apa ? Sansekerta ya ? Emang jaman dulu empu Tantular kalo ulang tahun dipestain gitu ? ada Dirgahayu nya ? Eeee… ternyata setelah sedikit baca baca di google, Dirgahayu artinya panjang umur ! YAK ! Dirgahayu Negaraku, Negara Kesatuan Republik Indonesia ! Panjang umur, dan (tambah) sehat selalu yaaa !!

Oke, kali ini, tulisan yang akan saya buat saya persembahkan khusus untuk Indonesia dan… sepak bolanya ! YA !

Merdeka itu… hemm, ayo kita coba maknai merdeka secara sederhana. Kalau baca-baca di wikipedia, merdeka artinya bebas, independen, tidak bergantung pada siapapun, diambil dari Bahasa Sanksekerta yang berarti Kaya, Makmur dan Kuat ! Oke, nampaknya apabila dimaknai lewat Bahasa Sansekertanya, bahasanya akan jadi ribet, maka kita simpulkan saja, untuk merdeka kali ini berarti tidak bergantung pada siapapun !

Merdeka itu.. hemm, oke, saya gak akan bahas tentang gak ngutang dari IMF lah, gak ngutang dari AS lah, bisa berdikari di bidang ekonomi lah, gak akan, ini bukan tugas kuliah bung, ini blog, jadi, mari kita bahas yang ringan sajah, merdeka di bidang sepak bola ! Hemm, merdeka di bidang sepak bola itu berarti tidak perlu bergantung pada siapapun dalam bidang sepak bola. Terdengar aneh, tapi, akan saya coba jabarkan secara sebisanya.

Begini, sepak bola adalah olah raga yang sangat populer di seantero Indonesia. Akui saja, ketika kita jalan-jalan, ke manapun, pasti lah, setidaknya menemukan 1-2 orang yang memakai kaos tim sepak bola, entah itu aa-aa, mamang-mamang, bapak-bapak, ibu-ibu, teteh-teteh geulis, teteh-teteh hijabers, dede-dede unyu, anak bayi, siapapun lah, pasti ada yang memakai kaos tim sepak bola, cross genre-cross generasi. Ketika kita menyalakan televisi pun, sepak bola sebagai olah raga dan hiburan, nampaknya memiliki porsi tersendiri di media. Dalam program berita yang menyajikan 6 berita pilihan yang bisa dipilih oleh pemirsa pun, terkadang ada 1-2 berita tentang sepak bola. Di ranah media sosial pun begitu. Entah berapa presentasenya, tapi di timeline saya, ketika ada pertandingan sepak bola, pasti riuh ! Mungkin karena saya memang penggila bola juga, sehingga saya memfollow banyak akun sepak bola. Tapi, kalau diperhatikan, akun-akun yang tidak tertarik dengan sepak bola dan tidak ada hubungannya dengan sepak bola pun, kadang berkicau tentang sepak bola, seenggaknya komen sarkas tentang ributnya orang yang berkicau tentang sepak bola. Begitulah kiranya dahsyatnya sepak bola di Indonesia. Ah ! Berbicara tentang dahsyat, banyak loh pemain bola yang diundang ke acara *psshhyyy… ilang sinyal*, oke gak usah dibahas deh acara yang satu itu. Tapi intinya sih, itu juga menunjukkan kalau sepak bola juga dinikmati oleh kalangan.. *psshhyyy.. ilang lagi*.. berbagai kalangan deh !

Wah, asik nih ya sepak bola di Indonesia ? Asik banget ! Tapi sayang, bagi saya, kita BELUM MERDEKA di ranah sepak bola loh ! Kenapa ?? Well, bisa kita lihat, dari berbagai macam aspek. Oke saya akui, saya juga masih terjajah dalam ranah yang satu ini. Cek aja blog saya, temukan posting tentang sepak bola nasional. Kayaknya gak ada, malah baru postingan ini aja, yang ada ? YA ! sepak bola luar negeri ! saya pribadi memang masih punya kecenderungan untuk lebih menikmati sepak bola luar negeri daripada sepak bola lokal. Nah, menurut saya, ini bentuk terjajahnya kita sama sepak bola luar negeri. Harus diakui sih, saya juga demikian. Ambil contoh lain, di GBK, waktu pertandingan tim nasional Indonesia, banyak tuh muncul spanduk-spanduk bernadakan mendukung tim nasional Indonesia. Bagus ? nggak, soalnya spanduk ini mengatasnamakan organisasi-organisasi fans club tim luar ! PAN GOBLOG ? Kalian teh orang Indonesia, mendukung timnas sendiri, tapi kenapa malah mengatasnamakan klub luar negeri ? sadar gak sih ?

nih contohnya !

biar adil nih, saya ambil juga dari organisasi penggemar AC Milan. Saya sendiri pendukung AC Milan sejak kecil. Tapi, ketika saya memulai mendukung tim asal kota Milan itu, lebih dulu saya mencintai PERSIB NU AING AING PISAN dan Tim Nasional Indonesia. Jujur, dua spanduk di gambar atas ini lucu. Yang main Indonesia, jelas-jelas lambangnya garuda, ini yang dipake malah lambang meriam. Yang bener aja lah. Yang main Indonesia, jelas-jelas bahasa Indonesianya ‘HIDUP INDONESIA !’ ini malah ‘Forza Indonesia’. Yang bener aja lah, kalian teh nonton bola di Itali apa di Jakarta ?

Oke, itu, bagi saya merupakan bentuk penjajahan, yang dilakukan oleh rakyat Indonesia sendiri. Lucu kan ? Berarti kita belum merdeka nih di segi sepak bola ! Oke, lanjut. Ingat kondisi negara kita sebelum merdeka ? sebelum sumpah pemuda ? YA, ada Jong Ambon, Jong Java, dan organisasi-organisasi kepemudaan lainnya yang mengatasnamakan kedaerahan. Apa hubungannya ? Inilah yang terjadi ketika tim nasional bermain:

NB: Maaf nih, saya gak maksud menyindir klub tertentu yang jadi rivalnya Persib, tapi jujur, saya ga bisa menemukan foto di google yang bernada serupa, namun dengan warna dan atribut klub yang berbeda, kalo ada yg punya, bisa kirim via comment, atau apa lah, jujur, saya pernah liat ada warna lain selain oranye ini..

Oke nih, sekarang kita lihat, apa sih warna tim nasional Indonesia ? Merah-putih kan ? bukan Oranye ? Oranye mah warna apa ? Warna klub asal ibu kota. Nah ini yang ditonton apa ? Timnas ? Apa klub ? Jujur aja, apa yang dilakukan oleh supporter2 gak tau tempat ini merupakan contoh kalau kedaerahan memang masih ada di Indonesia. Memang kedaerahan HARUS ada. Klub lokal HARUS ada. Tapi ketika Tim Nasional Indonesia bermain, HARUS ada satu pasang warna saja: Merah-Putih. Yang kita dukung ini timnas yang mewakilkan NKRI coy, bukan timnas yang mewakilkan Jakarta, Bandung, Surabaya, Malang, Jawa, Sunda, Batak, Padang, Papua, atau apapun, timnas ini mewakili Indonesia, Indonesia, Indonesia ! SEMUA ! SATU KESATUAN ! Karena itulah, saya berani menyebut kalau sepak bola Indonesia belum merdeka ! Satu terjajah, dua masih kedaerahan. Kita akan merdeka ketika kita bisa mendukung tim nasional Indonesia dengan atribut Merah-Putih Garuda. Kita akan bisa menjadi ‘negara maju’ ketika orang-orang Eropa mendukung klub lokal kita ! Bukankah akan luar biasa ketika kita mencari kata kunci ‘streaming Persib’ di twitter, dan yang keluar adalah orang-orang Eropa yang mencari link untuk streaming karena pertandingan Liga Indonesia hanya disiarkan di TV Kabel ? AKAN KEREN SEKALI !

Oke, setelah masalah dari grassroot nya, mari kita bergerak ke ranah yang lebih di atas. Saat ini terjadi carut marut sepak bola kita dengan adanya dualisme kompetisi dan organisasi inti dan bla bla bla lainnya. Dualisme ini malah lebih parah. Saya malah gak bisa menemukan dualisme di masa pra-kemerdekaan Indonesia. Mungkin dualisme yang ada di masa itu yaaa, antara Tan Malaka, Soekarno dan Sutan Sjahrir. Namun bedanya, dualisme di masa kemerdekaan ini wajar saja, memang belum ada pemerintahan yang jelas kan pada masa itu ? Jadi wajar apabila para pemimpinnya masih saling berdebat untuk menentukan arah negara yang baru akan lahir di masa itu. Okelah, gak akan saya bahas lebih jauh lagi tentang dualisme (apa trialisme ?) di masa lalu, karena jujur saja, saya juga masih kurang baca di ranah itu.

Bahas lagi nih dualisme di masa modern sepak bola pasca merdeka. Dualisme ini terjadi di mana ‘order’ sudah terbentuk. Pan goblog, udah jelas ada hukumnya, masih aja ngeyel, demi kepentingan pribadi. Memang sepak bola ini komoditas yang asik apabila digunakan untuk berpolitik. Tapi, ya mestinya liat impact nya dong. Saya juga yakin mereka gak buta. Liat lah, banyak pemain yang gak bisa membela negaranya sendiri. Ada liga ilegal . Kalah 10-0 dari Bahrain. Terpuruk di ranking 159. Maunya mereka apa sih ? Revolusi ? Revolusi apa ? revolusi tai kucing ? apa revolusi eek di celana ? ini sih namanya bukan revolusi, tapi memperparah keadaan (edan, dikiranya mau keren ya, kayak: ini sih bukan evolusi ! tapi devolusi ! tapi saya gagal menemukan padanan kata yang tepat.. ah ya sudah lah). Ini kalau diibaratin negara, udah gak stabil nih, bisa diibaratin kayak Taliban di Afghanistan lah, semacam punya negara di dalam negara, tapi ya gitu, ngaco, sama pemerintahnya selek, gak bener banget lah. Faktanya, dualisme di sepak bola Indonesia juga gitu. Dua-duanya terus aja adu mulut sama adu keras kepala, tanpa sadar kalo percikan api dari gesekan mereka malah membumihanguskan prestasi sepak bola Indonesia. SEDIH ! AKU SEDIH !!

Entah mau dibagaimanakan lagi sepak bola Indonesia. Entah kapan sepak bola di negara ini akan menjadi benar. Tapi setidaknya, saya masih bisa tersenyum karena melihat gambar-gambar ini:

Setidaknya, mereka masih bisa bermain sepak bola dengan tersenyum. Tanpa harus memikirkan ini-itu tentang sepak bola Indonesia. Mereka hanya berpikir, bagaimana caranya memasukan bola ke dalam gawang, tanpa harus memikirkan selain sebuah gol, keuntungan apa yang mereka dapatkan dari hal itu. Mereka bermain tanpa paksaan, tanpa tekanan, senang yah ! Merdeka banget ! Malah anak-anak inilah yang memerdekakan dirinya sendiri, untuk sepak bola mereka !

Oke, kurang lebih begitulah tulisan saya tentang sepak bola Indonesia yang masih belum merdeka. Semoga ‘kemerdekaan’ sepak bola Indonesia bisa segera diproklamirkan. Cukup lah generasi kita yang menderita melihat sepak bola Indonesia yang berantakan. Mungkin suatu saat, anak dan cucu kita akan melihat sepak bola Indonesia yang lebih cerah ! DIRGAHAYU NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ! MAJU TERUS PERSEPAKBOLAAN INDONESIA !

NB: gambar-gambar diambil dari berbagai sumber di internet, dan nampaknya saya lupa menyimpan linknya… maaf yaaa…

Analisis Sederhana Tentang Milan 2012/2013

Akhirnya muncul ide juga buat update blog, setelah kemaren2 otak bener-bener stuck karena banyak pikiran, hahaha. Okelah, langsung saja kita ke bahasan kali ini, tentang tim sepak bola kesukaan saya dari kecil, AC Milan !

Melihat Inzaghi, Gattuso, Seedorf dan Nesta pensiun dari Milan, berat rasanya. Mungkin rasanya sama seperti pas lulus SMA, kehilangan teman-teman yang sudah biasa bareng-bareng, well, ya gak segitunya sih, ada di level yang berbeda, tapi, intinya sama, bahwa segala sesuatu, bakal kalah sama waktu, termasuk pemain-pemain ini. Yak, musim 2011-2012 menjadi musim terakhir untuk mereka ber-4. Kepergian mereka diyakini akan memberi dampak besar pada Milan. Banyak yang merasa demikian. Saya juga. Selain itu, Milan juga kehilangan 2 pemain penting: Thiago Silva dan Ibrahimovic yang dijual ke PSG. Juga kehilangan beberapa pemain lainnya seperti Gianluca Zambrotta, Alberto Aquilani yang masa peminjamannya tidak diperpanjang dan juga Mark van Bommel yang nampaknya sudah terlalu tua untuk bermain di liga top Eropa.

oke, kurang lebih, Milan kehilangan 9 pemain. Yak SEMBILAN PEMAIN saudara-saudara. Dilihat dari segi posisi, Milan kehilangan 2 bek sentral yang menurut saya, memberikan kontribusi yang sangat besar untuk Scudetto Milan di musim 2010-2011. Terbukti, Milan hanya kemasukan 24 gol dari 38 pertandingan. DUA PULUH EMPAT GOL SAJA SAUDARA SAUDARA. Ini membuktikan pertahanan Milan yang luar biasa mampu membawa Milan menjadi Scudetto. Dalam beberapa pertandingan di musim 2011-2012, Milan sempat kehilangan Thiago Silva dan Nesta secara bergantian. Di waktu itu lah, sangat terlihat, ketika salah satunya tidak bermain, celah pertahanan Milan. Milan sering kebobolan ketika salah satu dari kedua pemain ini tidak bermain. Lebih hancur lagi ketika keduanya tidak bermain dan digantikan oleh bek medioker seperti Philippe Mexes, Mario Yepes dan Daniele Bonera. Saya tidak merendahkan kemampuan 3 bek pengganti ini, tetapi harus diakui, kualitas mereka jauh dibawah Thiago Silva dan Nesta.

Kehilangan 2 bek sentral membuat Galliani & co. Mencari pengganti yang sepadan. Sampai saat ini, Milan baru mengontrak 2 bek sentral baru: Francesco Acerbi dari Chievo dan Cristian Zapata dari Villarreal. Kemampuan kedua bek sentral ini bisa saya katakan cukup lumayan. Saya belum melihat performa Zapata lagi sejak dia pindah ke Villarreal, namun ia bermain cukup bagus di Udinese, mungkin sama bagusnya dengan Mehdi Benatia di Udinese sekarang. Kuat di udara, cepat, dan bisa bermain di dua posisi berbeda, sentral bek dan bek kiri. Untuk Acerbi, saat di Chievo, ia bermain cukup impresif, namun dalam beberapa pertandingan pre-season Milan, nampaknya ia belum banyak memberi sumbangan berarti. Acerbi sendiri kalau saya lihat masih sering maju hingga tengah lapangan untuk memotong bola. Ini merupakan pedang bermata dua di mana apabila bola terpotong, maka chance untuk melakukan counter cepat sangatlah bagus, apalagi dengan barisan depan Milan yang super cepat dengan Alexandre Pato, Robinho dan Boateng. Namun, ketika gagal, serangan lawan akan mudah masuk, karena pertahanan Milan yang cenderung lambat.

Untuk pengganti Zambrotta, Milan memiliki 4 pemain yang bisa mengisi posisi bek kiri: Urby Emanuelson yang nampaknya akan di-convert menjadi attacking midfielder oleh Allegri, Djamel Mesbah yang seringkali melakukan blunder, Luca Antonini yang angin-anginan dan Mattia De Sciglio, bek muda harapan Milan yang masih minim pengalaman. Sisi kiri Milan pada saat ini adalah titik kelemahan Milan menurut saya. Ketika kalah melawan Real Madrid dengan skor telak 5-1, sisi kiri inilah yang sering dieksploitasi oleh pemain-pemain Madrid. Nampaknya Djamel Mesbah dan Luca Antonini agak sulit untuk menjadi pilihan utama Milan untuk bermain di kompetisi Eropa. Sedangkan Urby, sepertinya ia akan dijadikan attacking midfielder tetap oleh Allegri. Saya menaruh harapan besar pada De Sciglio, walaupun masih minim pengalaman, tapi potensi yang dimiliki oleh bocah yang ulang tahunnya sama dengan saya ini, sangat luar biasa. Rajin menyerang dan tidak lupa bertahan, syarat mutlak seorang bek sayap !

Bergerak ke barisan tengah, sepeninggalan Gattuso, Seedorf, Aquilani dan van Bommel, nampaknya Milan sudah banyak memiliki midfielder yang bisa bersaing, setidaknya di Serie A. mereka adalah: Sulley Muntari, Bakaye Traore, Riccardo Montolivo, Kevin Constant, Antonio Nocerino, Urby Emanuelson, Kevin Prince Boateng dan Mathieu Flamini. Melihat banyak pilihan seperti ini, nampaknya akan sulit apabila dijabarkan satu-satu, tetapi, pemain yang nampaknya akan bisa bersaing di level Eropa hanyalah Boateng dan Montolivo, sedangkan yang lain, nampaknya masih butuh waktu dan pengalaman untuk bermain di level Eropa. Montolivo bermain bagus di tim nasional Italia pada Euro 2012. Sedangkan Boateng berhasil mengacak-acak Barcelona di musim 2011-2012. Namun, dengan physical attribute dari pemain2 seperti Muntari dan Traore, nampaknya apabila Allegri bisa meracik formasi dengan baik, mereka akan bisa menjadi penantang yang serius di level Eropa.

Oke, berpindah ke barisan depan. Barisan depan Milan kekuatannya berkurang dengan cukup signifikan dengan kepergian Zlatan Ibrahimovic ke PSG. Walaupun hanya bermain untuk 2 musim di AC Milan, tetapi masuknya Ibra ke squad Milan memberi suntikan yang sangat besar untuk Milan. Di musim pertamanya, ia mencetak 14 Gol, terbanyak di Milan bersama Robinho dan Pato. Di musim keduanya, ia mencetak 28 gol dan menjadi top scorer Liga Italia. Kepergian Ibrahimovic tentunya akan memberi dampak yang cukup besar kepada lini depan AC Milan. Sedangkan kepergian Inzaghi, nampaknya tidak akan terlalu signifikan karena Inzaghi sendiri sudah jarang bermain di 2 musim terakhirnya di Milan. Harapan Milan sebenarnya terletak pada Alexandre Pato dan Antonio Cassano. Pato yang sangat rentan cedera jarang sekali bermain di musim 2011-2012, sedangkan Antonio Cassano terkena stroke ringan pada paruh akhir musim 2011-2012. Padahal, kalau saja Pato dan Cassano tidak mengalami cedera di musim 2011-2012, saya yakin, Milan akan meraih back to back Scudetto. Lini depan Milan diisi oleh pemain-pemain yang saya rasa bisa bersaing di level Eropa: Alexandre Pato, Robinho, Antonio Cassano dan Stephan El Shaarawy. Pato, Robinho dan Cassano memiliki banyak caps di Liga Champions, sedangkan El Shaarawy, entah kenapa saya memiliki kepercayaan yang lebih kepada anak muda yang satu ini. Semoga saja El Shaarawy mampu mengembangkan potensinya sebaik mungkin sehingga ia bisa menjadi pemain yang berkontribusi besar untuk Milan.

Oke, setelah membahas posisi per-posisi (kecuali kiper yang saya yakin masih dipegang oleh Christian Abbiati yang selalu tampil impresif), saya akan membahas secara keseluruhan. Dengan kondisi squad saat ini, idealnya Milan harus mendatangkan setidaknya 1 orang striker, bek tengah dan midfielder yang berkelas. Saya sih inginnya Milan mendapatkan Giuseppe Rossi dari Villarreal, Yanga M’biwa dari Montpellier, dan Kaka dari Real Madrid, dengan alasan passion dan gaya bermain mereka sangat cocok untuk Milan, dan sangat sesuai dengan kebutuhan. Giuseppe Rossi bisa menjadi tandem Cassano atau Pato di garis depan, sedangkan Yanga M’biwa akan mampu mengontrol barisan belakang Milan, mengingat ia adalah seorang kapten di Montpellier dan untuk Kaka, ia akan memberikan pengaruh positif dari segi mentalitas. Namun, semua ini bergantung pada Berlusconi yang nampaknya ingin menstabilkan keuangan Milan untuk sementara ini. Jadi yaah, mungkin dalam 2 musim ke depan, Milan yang akan kita lihat, agaknya akan berbeda dengan Milan-Milan sebelumnya yang lebih superior.

Dan terakhir, inilah kurang lebih formasi ideal Milan menurut saya dengan keteradaan pemain yang sekarang:

dengan formasi 4-1-2-1-2

GK: Abbiati

DF: Abate, Acerbi, Zapata, De Sciglio

CM: Muntari/Ambrosini, Montolivo, Nocerino, Boateng

FW: Pato, Cassano

Subs:

Robinho

Amelia

Traore

Bonera/Yepes

Urby

El Shaarawy

Antonini/Flamini

well, begitulah sedikit ulasan saya tentang Milan musim depan. Ini hanya analisis pribadi saja sebagai penggemar sepak bola dan AC Milan. Akhir kata, FORZA MILAN !

Oh ! It’s good, to be an Evertonian !

And it’s a Grand Old Team to play for, 
And it’s a Grand Old team to support, 
And if you know your history, 
It’s enough to make your heart go worrrrrrrrr, 
We don’t care what the Red sh*te say, 
What the f*ck do we care ? 
Because we always know, 
That there’s gonna be a show, 
When the Everton boys are there ! 
Everton !!! Everton !!! Everton !!! Everton !!!

Potongan lirik di atas adalah sepotong chant dari salah satu klub Liga Inggris kesukaan saya, Everton. Yak ! Dalam postingan kali ini, saya akan membahas tentang diri saya dan Everton !

Hmm, mulai dari mana ya ? Oke, gini aja, dari bagaimana saya memposisikan diri saya di sepak bola Eropa. Saya adalah seorang fans sepak bola yang awalnya mengidolakan AC Milan di sepak bola Eropa. Kenapa Milan ? Dulu ketika masih di SD, Liga Serie A Italia adalah liga Eropa yang paling sering saya tonton, jauh lebih sering daripada Liga Inggris. Saya sendiri lupa alasan pastinya, tapi yang pasti, dulu saya menyukai banyak tim dari Serie A. Parma misalnya, dulu saya suka Parma karena ada duo maut Fabio Cannavaro dan Gianluigi Buffon. Di masa yang sama juga saya suka dengan Lazio dengan Alessandro Nesta nya. Juventus ? Well, Alessandro Del Piero dan Filipo Inzaghi menjadi duet striker favorit saya waktu itu. Hahahah, sangat tidak berpendirian yah ? tentu saja, waktu itu saya masih SD gitu 😀 Hingga akhirnya saya jatuh cinta dengan AC Milan beserta Paolo Maldini dan Alessandro Costacurta di dalamnya.

Waktu pun terus berjalan, sepak bola terus berkembang, demikian juga saya. Di Indonesia, sepak bola makin populer. Makin banyak Liga Eropa yang disiarkan di sini. Bahkan Liga Eropa yang agak kurang dilirik seperti Ligue 1 Perancis atau Eredivise Belanda dan Bundesliga Jerman sempat disiarkan di sini. Begitu juga dengan La Liga yang dulu belum terlalu populer. Dengan makin banyaknya liga yang disiarkan, dan makin luasnya pergaulan, lingkungan saya semacam mengharuskan saya untuk memilih setidaknya 1 tim di setiap liga-liga besar Eropa. Well, akhirnya saya memilih AC Milan untuk Liga Italia, Barcelona untuk Liga Spanyol dan Everton untuk Liga Inggris. Bagi saya, 3 liga ini adalah liga Eropa yang paling seru untuk diikuti. Oke, kurang lebih begitulah posisi saya dengan sepak bola Eropa.

Pada awalnya saya suka Chelsea di Liga Inggris. Tapi bukan Chelsea yang sekarang sudah bergelimang harta, tetapi Chelsea yang masih dimotori oleh penyerang gahar, Gianfranco Zola :D. Setelah masuknya Abramovic, saya jadi malas mendukung Chelsea jadi yaa.. yasudah, saya memilih untuk tidak mendukung tim apapun sampai akhirnya bertemu dengan Everton. Nah, kenapa Everton ? Mudah saja, alasannya sama dengan kenapa saya memilih Milan dan Barcelona di liganya masing-masing, karena ada pemain yang sangat saya sukai gaya permainannya di tim tersebut. Seperti yang sudah disebutkan, di AC Milan, saya mengidolai  Maldini dan Costacurta, di Barcelona, saya mengidolai Lionel Messi, bukan karena ia Messiah atau apapun itu, tapi karena ia adalah striker tim nasional Argentina, tim nasional kedua saya setelah Indonesia 😀 (bukan berarti saya ada keturunan, tapi yaa, emang dari dulu suka tim nasional Argentina).

Perkenalan saya dengan Everton sebenarnya sudah lama. Tetapi, saya mulai mengikuti Everton sejak kurang lebih 2-3 musim. Diawali ketika saya menonton pertandingan antara Everton melawan Manchester United (FYI, saya hampir selalu menonton semua pertandingan MU karena adik saya adalah penggemar MU sejati, jadi mau ga mau harus ikut nonton di depan TV). Di pertandingan itu, saya melihat gol dari Diniyar Bilyaletdinov. Di situ lah saya mulai menyukai Everton. Walaupun akhirnya di pertandingan itu Everton kalah, (kalo gak salah 2-1, dan gol MU terakhir di sekitar menit 80an gitu, CMIIW) tapi saya benar-benar menikmati penampilan anak-anak asuh dari David Moyes pada waktu itu.

Setelah itu, saya selalu mengikuti perkembangan-perkembangan Everton. Saya mulai menyukai gaya permainan Leighton Baines yang impulsif dan permainan Phil Jagielka. Kedua inti pertahanan Everton ini selalu membuat saya kagum. Dari dulu, saya selalu suka dengan defender-defender cerdas seperti Jags dan Bainesy, mungkin karena ketika dulu masih suka bermain bola, saya juga berposisi sebagai defender, hehe. Jags mampu membaca permainan lawan dengan baik, juga tipe defender yang berani mati. Sedangkan Bainesy, adalah tipe bek sayap yang sering membantu serangan dengan crossing crossing yang akurat, tapi juga rajin untuk kembali bertahan, ditambah lagi dengan set piece free kick nya yang mematikan.

Lalu, saya menemukan lagi pemain yang saya sukai gaya bermainnya. Kali ini muncul dari lapangan tengah, Jack Rodwell. Rodwell adalah seorang gelandang bertahan yang impulsif, mungkin kalau kata media sepak bola nasional mah, tipe gelandang pengangkut air, hahaha, tapi saya lebih senang menyebutnya tipe gelandang penjelajah. Gaya bermainnya yang impulsif dan rajin mengejar bola serta memberi umpan bagus ke barisan depan membuat saya menyukai dia. Namun, ia memiliki kelemahan-kelemahan yang mungkin dimiliki kebanyakan pemain muda, seperti faktor emosi. Rodwell juga belum memiliki tekel yang akurat, sehingga kartu kuning dan kartu merah adalah ancaman setiap kali ia bermain. Rodwell sebenarnya diberi kesempatan bersinar di Olimpiade 2012, namun sayang, karena cedera, ia gagal bermain untuk skuad sepak bola pria Britania Raya.

Well, begitulah awal saya berkenalan dengan Everton. Setelah mengenal dan mendukung Everton lebih dalam, ternyata, mendukung klub dengan status ‘medioker’ itu asik juga. Tensi nya tiap nonton lebih terasa. Daripada menonton Barcelona yang sudah hampir pasti menang di setiap pertandingannya, melihat perjuangan pemain-pemain Everton untuk menang jauh lebih menarik. Emosinya lebih terasa, dan juga ada pride tersendiri ketika saya bisa memilih untuk mendukung Everton tanpa paksaan dari pihak manapun (naonnn).

Oh iya, mungkin ada yang bertanya-tanya, kalau memang suka dengan Everton, kenapa tidak gabung dengan fans club nya ? Hemm, untuk sekarang mungkin belum, jujur saja, sudah belasan tahun saya ngefans dengan Milan pun saya belum pernah sekalipun join fans club mereka. Ah, jangankan Milan, Persib, yang jelas-jelas saya dukung, dan berada di tempat saya lahir dan tinggal, fans club nya pun tidak saya ikuti, jujur, ini karena saya orangnya memang agak malas untuk berkomunitas. Tapi, melihat organisasional fans club Everton Indonesia (IndoEvertonian), nampaknya saya tertarik untuk bergabung, yah, kita lihat saja nanti 🙂

Well, that’s it, it’s fun to be another blue from another country, another city, with another culture. Now I have two blues in my heart, the one that called the ‘Maung Bandung’ and the other called ‘the Toffees’, it’s nice to a part of both 🙂 and always remember, once a blue will always a blue ! COME ON YOU BLUE !!

Game Review: Captain Tsubasa, Aratanaru Densetsu Joushou

Halo, saya sudah kembali lagi, hu ha ha.. kemaren2 sempet mandek update blog karena banyak baca buku buat ngerjain skripsi. naah, sekarang skripsinya belom beres (LOH ?!) saya update blog lagi aja deh daripada bosen..

Kali ini, saya mau coba tambah-tambah bahasan baru di blog ini. Tentunya masih sejalan dengan salah satu hobi saya: nge game !! Yak, saya bakal coba ngebahas beberapa game-game baik baru maupun lawas di blog ini. Untuk kesempatan kali ini, saya berikan kepada salah satu game sepak bola yang paling saya sukai sepanjang masa: Captain Tsubasa, Aratanaru Densetsu Joushou.

Menurut saya, ini adalah game strategi sepak bola yang paling seru yang pernah saya mainkan. Karena game strategi sepak bola sendiri sangat minim, malah mungkin gak ada selain game ini (CMIIW). FM ? well, FM bagi saya bukan strategi, tapi lebih ke simulasi, semacam the Sims lah itu mah, karena kita terlibat dengan semua-semuanya, dari manajemen tim, sampai masalah transfer.

Oke, mungkin banyak dari pembaca blog ini yang dulu kena virus Kapten Tsubasa. Yakinlah, karena anime ajaib ini diputer tiap sore di TV Swasta yang dulu namanya masih TV7. Ceritanya sendiri sederhana dan tipikal komik shonen, tentang perjuangan seorang bocah gila bola dalam menjalani hidupnya sebagai pemain sepak bola. Yang unik (dan lebay) adalah ketika pemain-pemainnya punya jurus masing2 yang di luar akal sehat.

Well, Captain Tsubasa sendiri merupakan salah satu franchise komik yang paling sukses di dunia. Konon, pemain sepak  bola hebat seperti Zinedine Zidane, Andres Iniesta dan Alessandro Del Piero pun suka membaca manga yang dikenal dengan Oliver and Benji di Eropa ini. Sebagai franchise yang sukses, tentunya kisah Captain Tsubasa tidak berhenti di manga saja, tapi juga muncul anime dan game nya.

Di game Captain Tsubasa, Aratanaru Densetsu Joushou (selanjutnya disingkat jadi CTADJ ajah), kita bermain sebagai tim nasional Jepang yang sedang mengikuti turnamen piala dunia U-17 (kalau mengikut ke manga nya). Dalam game ini, Timnas Jepang bertemu dengan beberapa lawan kuat seperti Thailand, China, Swedia, Arab Saudi, Uruguay dan Brazil (walaupun kalau di manga nya Jepang sempat bertemu Italia, tapi hanya sedikit diceritakan, karena pemain utama mereka, Gino Hernandez dan Salvatore Gentile cedera parah setelah dihajar oleh ‘Levin Shot’).

Yang harus kita lakukan dalam game ini sendiri sebenarnya sangat mudah, kita hanya harus memilih rute-rute operan atau dribble untuk menembus pertahanan lawan. Kita juga harus menentukan pilihan saat akan menendang dan mengoper bola, juga saat bertahan dan menghadapi tendangan lawan. Sederhana saja. Namun yang seru, di game ini juga kita dituntut untuk menggunakan pemain-pemain kita secara maksimal. Tepatnya, menggunakan ‘jurus super’ masing-masing pemain. Makoto Soda misalnya. Defender yang dikenal garang ini memiliki jurus seperti Kamisori (razor) pass, kamisori shoot juga kamisori tackle. Dalam permainan, ketika lawan memutuskan untuk menggunakan dribble untuk menembus pertahanan kita, dan kebetulan lawan tersebut berhadapan dengan Soda, kita bisa menggunakan kamisori tackle menghetikan dribble lawan. Keuntungannya dengan menggunakan Kamisori tackle adalah, chance untuk merebut bola jauh lebih tinggi, namun untuk menggunakannya, kita butuh semacam special gauge untuk menggunakannya.

Jurus2 lain juga berlaku untuk kondisi lainnya, ketika intercept misalnya, kita bisa menggunakan overhead clearance nya Misugi Jun atau Power Defense nya Hiroshi Jido. Ketika dribble, kita bisa menggunakan Aurora Feint nya Tsubasa atau Feint siku-siku nya Aoi Shingo. Serta ketika menembak bola, kita bisa menggunakan Drive Shoot Tsubasa atau Raiju Shoot dari Hyuga. Bahkan kita juga bisa melakukan kombo-kombo tertentu, seperti Gemini Pass dan Skylove Hurricane dari Tachibana Bersaudara, Twin Shoot Tsubasa dan Misaki, Eagle-Raiju Shoot Matsuyama dan Hyuuga dan… Wah, banyak deh !

Berbicara tentang kekurangan dan kelebihan.. Kekurangannya dulu deh… Kekurangan dari game ini hanya 1, jalan ceritanya yang terlalu pendek, dan lawan yang terlalu sedikit. Di game ini kita tidak bertemu dengan Italia dengan Gino Hernandez nya dan Belanda dengan Brian Cruyff nya, padahal, di manga nya, mereka digambarkan sebagai tim yang cukup kuat (walaupun tidak panjang diceritakannya karena pemain2 utamanya yang cedera). Selain itu, dalam menentukan formasi pun sangat kaku dan terbatas. Setiap pemain hanya punya satu posisi, sehingga tidak mungkin memainkan Misaki Taro dan Aoi Shingo secara bersamaan, akrena mereka sama2 berposisi di CAM. Ah yaa, dan kekurangan lainnya adalah kendala bahasa.. Karena game ini full berbahasa Jepang, agak sulit untuk memainkannya apabila tidak bisa berbahasa Jepang. Untuk enjoy game ini, minimal pernah baca komikna dan tahu dasar-dasar huruf kanji.. cukup deh..

Sedangkan kelebihannya adalah, ada di jumlah karakter timnas Jepangnya sendiri yang sangat banyak.. Dari Wakabayashi sampai Kazuki Sorimachi, partner Hyuga di SMU Toho. Selain itu, grafik yang oke dan ditunjang dengan animasi yang sederhana namun dengan art yang sangat mendekati komiknya juga jadi kelebihan dari game ini. Gameplaynya yang simple juga memungkinkan kita untuk memainkan game ini dengan skill Bahasa Jepang yang pas-pasan..

akhir kata, game ini saya beri nilai 8.5/10 !

berikut adalah beberapa screenshot dari game ini:

Â